Pages

Senin, 30 April 2012

Imperialisme dan Kolonialisme

Imperialisme dan Kolonialisme



Imperialisme dan kolonialisme

Pada umumnya kolonialisme dan imperialisme adalah sama, yaitu sama-sama penjajahan atau atau penguasaan terhadap suatu daerah dan suatu bangsa oleh bangsa lain. Tetapi keduanya juga mempunyai  perbedaan yang dapat dilihat dari bentuk-bentuk dan sejarah perkembangannya.
Kolonialisme, berasal dari bahasa latin ” colonia ” yang berarti tanah-tanah pemukiman atau jajahan, sejarah kolonialisme ini dimulai pada Jaman Yunani Kuno dimana para petani dari daerahnya yang tandus pindah kedaerah yang subur dan mereka masih berhubungan dengan daerah asal atau negeri induknya dan negara induknya menganggap bahwa daerah yang baru itu sebagai koloni dan setiap tahun mereka harus membayar upeti.
Imperialisme, berasal dari kata “imperator” yang artinya memerintah, atau juga “imperium” berarti sebuah kerajaan besar dengan memiliki jajahan yang amat luas.

Organisasi Pergerakan Nasional

Organisasi Pergerakan Nasional



Budi Utomo
Organisasi ini lahir di Batavia pada tanggal 20 Mei 1908 (Hari Kebangkitan Nasional) atas prakarsa dari mahasiswa-mahasiswa S.T.O.V.I.A (School Tot Opleiding van Indische Arsten). Organisasi inimuncul karena dilatarbelakangi oleh inisiatif Dr. Wahidin Sudirohusodo yang bangkit untuk memberikan pengajaran kepada orang Jawa dengan menghimpun dana dari tiap daerah di Jawa (study found).
Tokoh-tokoh:
·         Dr Wahidin Sudirohusodo
·         dr Sutomo
·         Tjipto Mangunkusumo
Organisasi ini bersifat kedaerahan (etnosentris) hanya ditujukan untuk mahasiswa Jawa ataupun kalangan priyayi Jawa sehingga kurang mendapatkan tempat di hati orang Indonesia pada waktu itu. Pergerakan organisasi ini koopertif, melakukan kerjasama dengan pihak pemerintah kolonial Belanda.
Sarekat Dagang Islam
Organisasi ini dibentuk di kota Solo oleh pedagang batik yaitu Haji Samanhudi pada tahun 1911. Organisasi ini bersifat nationalistis-democratis-religieus-economis. Latar belakang muncul dan berkembangnya SDI ini adalah:
·         Perdagangan bangsa Tionghoa adalah suatu halangan buat perdagangan Indonesia karena monopoli bahan batik, ditambah pula dengan tingkah laku sombong dari bangsa Tionghoa sesudah revolusi di Tiongkok
·         Kemajuan gerak langkah penyebaran agama Kristen dan juga ucapan-ucapan yang menghina dalam parlemen Negeri belanda tentang tipisnya kepercayaan agama bangsa Indonesia
·         Cara adat lama yang terus dipakai di daerah kerajaan-kerajaan Jawa, makin lama makin dirasakan sebagai penghinaan terhadap umat Islam
Nama SDI dirubah menjadi Sarekat Islam (SI) dengan tujuan untuk memperluas daerah pergerakan supaya tidak terbatas pada golongan pedagang saja. Anggaran Dasar SI menyebutkan tujuan dari Sarekat Islam :
“Mencapai kemajuan rakyat yang nyata dengan jalan persaudaraan, persatuan dan tolong menolong diantara kaum Muslimin semuanya. “
“memajukan semangat dagang bangsa Indonesia, memajukan kecerdasan rakyat dan hidup menurut perintah agama, menghilangkan faham-faham keliru tentang agama Islam.”
Sifat pergerakan dari SI ini adalah kooperatif dan tidak bereaksi melawan pemerintah Belanda. Walaupun begitu, dengan agama Islam sebagai lambang persatuan. (Kongres Sarekat Islam I 26 Januari 1913 di Surabaya).
SI adalah organisasi kerakyatan dan hanya diperuntukan bagi rakyat biasa, pegawai pemerintah Belanda tidak diperbolehkan menjadi anggota. Anggota haruslah rakyat biasa yang beragama Islam dan orang pribumi (Kongres Sarekat Islam II di Solo).
Dalam tahun 1915 di Surabaya didirikan Central Sarekat Islam (C.S.I) dengan tujuan untuk memajukan dan membantu S.I daerah, mengadakan dan memelihara perhubungan dan pekerjaan berasama.  
Kongres Nasional S.I ke 3 di Surabaya (29 September-6 Oktober 1918) telah merubah haluan pergerakan menjadi cenderung kiri yang membela kaum buruh dan menentang kapitalisme. Dalam kongres ini diputuskan bahwa S.I menentang pemerintah sepanjang tindakannya melindungi kapitalisme; pegawai negeri Indonesia dikatakan adalah alat, penyokong kepentingan kapitalis. Selain itu S.I juga menuntut mengadakan peraturan-peraturan sosial guna kaum buruh, untuk mencegah penindasan dan perbuatan kesewenang-wenangan (upah minimum, maksimum waktu kerja dl). Ini ditimbulkan karena adanya infiltrasi orang-orang berfaham sosialis seperti Alimin, Semaun, Darsono, Tan Malaka dan lainnya yang berasal dari Indische Social Democratische Vereeniging (I.S.D.V) yang nantinya berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (P.K.I) yang masuk menjadi anggota S.I. Dengan sifat pergerakan yang berubah, maka S.I sangat terbuka kepada orang-orang yang berfaham kiri untuk menjadi anggota bahkan menjadi pengurusnya. Sehingga timbul reaksi dari anggota S.I lain untuk membersihkan S.I dari unsur-unsur sosialis komunis lewat Kongres Nasional S.I ke 6 di Surabaya (10 Oktober 1921) dipimpin oleh Tjokroaminoto untuk membentuk disiplin partai dengan menyamakan dasar perjuangan. Oleh karena itu maka orang tidak mungkin lagi menjadi anggota S.I sekaligus mejadi anggota P.K.I.

Indische Partij
Organisasi ini didirikan di Bandung atas prakarsa tiga tokoh populer yang biasa disebut tiga serangkai yaitu Douwes Dekker (Setyabudi Danudirjo), dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara). Sifat dari organisasi ini radikal dan progresif dengan menyatakan sebagai partai politik.
Keanggotaan Indische Partij adalah terbuka untuk semua golongan baik orang Eropa dan keturunannya yang tinggal di Hindia Belanda (Indo), orang Belanda keturunannya (Indo), orang Tionghoa dan keturunannya dan orang pribumi.
Tujuan : Indie Merdeka
Dasar : National Indie
Semboyan : Indie untuk Indier
Bendera : warna dasar hitam (menunjukan warna kulit orang Indonesia), satu pojoknya diberi garis-garis hijau (yang berarti pengharapan baik dimasa mendatang), merah (yang berarti keberanian) dan biru (yang berarti kesetiaan)
Dikarenakan sifat dari pergerakan ini radikal, maka pemerintahan kolonial membuang (mengasingkan) ke tiga tokohnya dengan tuduhan akan mengadakan pemberontakan pada bulan Agustus 1913.
·         Douwes Dekker diasingkan ke Timor Kupang
·         Tjipto Mangunkusumo diasingkan ke Banda
·         Suwardi Suryaningrat diasingkan ke Bangka
Namun ketiganya meminta untuk diasingkan ke negeri Belanda, permintaan ini dikabulkan oleh pemerintah Belanda.

Masuknya kekuasaan asing ke Indonesia

Masuknya kekuasaan asing ke Indonesia



Masuknya kekuasaan asing ke Indonesia

a. Bangsa Barat yang datang ke Indonesia:
1) Portugis, mendarat di Malaka pada tahun 1511 yang dipimpin oleh Alfonso d’Albuquerque   dan berhasil menguasai Malaka kemudian melanjutkan perjalanan ke Maluku pada tahun 1512
2) Spanyol, mendarat di Filipina pada tahun 1521 dan melanjutkan perjalanan ke Maluku disanah mereka bertemu dengan Portugis
3) Belanda , Rombongan pertama pada tahun 1596 dan ke dua pada tahun 1598
2. Pembentukan VOC pada tahun 1602
VOC adalah sebuah kongsi dagang yang didirikan Belanda setelah Belanda berhasil mengusir Portugis dari Maluku, VOC ini bertujuan memonopoli perdagangan rempah-rempah, sejak saat itulah Indonesia dijajah oleh Belanda.
3. Terbentuknya Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda
Karena mengalami kebangkrutan maka VOC dibubarkan pada tahun 1779 dan Indonesia diserahkan kepada pemerintah kerajaan Belanda. VOC bangkrut karena, para pegawai VOC banyak yang korup, VOC banyak menanggung utang karena biaya peperangan dengan rakyat Indonesia, kemerosotan moral para penguasa.
Sebagai Gubernur Jendral yang pertama yaitu Herman Willem Daendels. Tugas Daendels sangatlah berat yaitu, mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris, mengisi kas negara yang kosong, dan mengatur pemerintahan di Indonesia.
Pada tahun 1811 Daendels digantikan oleh Janshens, tetapi belum sampai melaksanakan tugasnya ia dikalahkan oleh Inggris pada tanggal 18 September 1811, Belanda dan Inggris menyepakati suatu perjanjian yang disebut Kapiutulasi Tuntang, yang berisi sebagai berikut:
a). Belanda menyerahkan Indonesia ke tangan Inggris
b). Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang Inggris
c). Orang-orang Belanda dapat diper=kerjakan dalam pemerintahan Inggris
4. Pemerintahan Inggris di Indonesia (1811-1815)
Sebagai Gubernur Jendral adalah Thomas Stamford Rafles.
Kebijakan penting yang ditempuh Rafles adalah, membagi wilayah pulau jawa menjadi 16 karesidenan, menulis Buku yang berjudul History of Java yang berisi sejarah budaya bangsa Indonesia, juga meninggalkan sebuah nama untuk jenis bunga yang dikenal dengan nama bunga bangkai dan diberi nama bungan Raflesia arnoldi. Kekuasaan Rafles di Indonesia berakhir karena harus menyerahkan Indonesia kembali ke tangan Belanda dalam suatu perjanjian yang disebut Konvensi Londen yang berisi;
1) Belanda menerima kembali semua jajahannya dari Inggris
2) Inggris memperoleh daerah di India dari Belanda
5. Berkuasanya kembali Belanda di Indonesia (1816-1904)
a. Pemerintahan Komisaris Jendral
b. Tanam Paksa
c. Sistem Liberalisme
d. Politik Etika
6. Perubahan politik, ekonomi, dan sosial akibat penjajahan Belanda di Indonesia
a. Politik
1) Struktur Birokrasi
2) sistem pemerintahan
3) sistem hukum
b. Perubahan dalam bidang ekonomi
c. Perubahan dalam bidang sosial
d. Perubahan dalam bidang pendidikan
e. Kedudukan dan kehidupan perempuan masa Kolonial
f. Kebijakan pemerintah Kolonial terhadap kehidupan agama

Tipe Tipe Budaya Politik

Tipe Tipe Budaya Politik

TIPE-TIPE BUDAYA POLITIK
1. Berdasarkan Sikap Yang Ditunjukkan
Pada negara yang memiliki sistem ekonomi dan teknologi yang kompleks, menuntut kerja sama yang luas untuk memper­padukan modal dan keterampilan. Jiwa kerja sama dapat diukur dari sikap orang terhadap orang lain. Pada kondisi ini budaya politik memiliki kecenderungan sikap ”militan” atau sifat ”tolerasi”.
a. Budaya Politik Militan
Budaya politik dimana perbedaan tidak dipandang sebagai usaha mencari alternatif yang terbaik, tetapi dipandang sebagai usaha jahat dan menantang. Bila terjadi kriris, maka yang dicari adalah kambing hitamnya, bukan disebabkan oleh peraturan yang salah, dan masalah yang mempribadi selalu sensitif dan membakar emosi.
b. Budaya Politik Toleransi
Budaya politik dimana pemikiran berpusat pada masalah atau ide yang harus dinilai, berusaha mencari konsensus yang wajar yang mana selalu membuka pintu untuk bekerja sama. Sikap netral atau kritis terhadap ide orang, tetapi bukan curiga terhadap orang.
Jika pernyataan umum dari pimpinan masyarakat bernada sangat militan, maka hal itu dapat men­ciptakan ketegangan dan menumbuhkan konflik. Kesemuanya itu menutup jalan bagi pertumbuhan kerja sama. Pernyataan dengan jiwa tolerasi hampir selalu mengundang kerja sama.Berdasarkan sikap terhadap tradisi dan perubahan. Budaya Politik terbagi atas :
a. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Absolut
Budaya politik yang mempunyai sikap mental yang absolut memiliki nilai-nilai dan kepercayaan yang. dianggap selalu sempurna dan tak dapat diubah lagi. Usaha yang diperlukan adalah intensifikasi dari kepercayaan, bukan kebaikan. Pola pikir demikian hanya memberikan perhatian pada apa yang selaras dengan mentalnya dan menolak atau menyerang hal-hal yang baru atau yang berlainan (bertentangan). Budaya politik yang bernada absolut bisa tumbuh dari tradisi, jarang bersifat kritis terhadap tradisi, malah hanya berusaha memelihara kemurnian tradisi. Maka, tradisi selalu dipertahankan dengan segala kebaikan dan keburukan. Kesetiaan yang absolut terhadap tradisi tidak memungkinkan pertumbuhan unsur baru.
b. Budaya Politik Yang memiliki Sikap Mental Akomodatif
Struktur mental yang bersifat akomodatif biasanya terbuka dan sedia menerima apa saja yang dianggap berharga. Ia dapat melepaskan ikatan tradisi, kritis terhadap diri sendiri, dan bersedia menilai kembali tradisi berdasarkan perkembangan masa kini.
Tipe absolut dari budaya politik sering menganggap perubahan sebagai suatu yang membahayakan. Tiap perkembangan baru dianggap sebagai suatu tantangan yang berbahaya yang harus dikendalikan. Perubahan dianggap sebagai penyim­pangan. Tipe akomodatif dari budaya politik melihat perubahan hanya sebagai salah satu masalah untuk dipikirkan. Perubahan mendorong usaha perbaikan dan pemecahan yang lebih sempurna.
1. Berdasarkan Orientasi Politiknya
Realitas yang ditemukan dalam budaya politik, ternyata memiliki beberapa variasi. Berdasarkan orientasi politik yang dicirikan dan karakter-karakter dalam budaya politik, maka setiap sistem politik akan memiliki budaya politik yang berbeda. Perbedaan ini terwujud dalam tipe-tipe yang ada dalam budaya politik yang setiap tipe memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Dari realitas budaya politik yang berkembang di dalam masyarakat, Gabriel Almondmengklasifikasikan budaya politik sebagai berikut :
a. Budaya politik parokial (parochial political culture), yaitu tingkat partisipasi politiknya sangat rendah, yang disebabkan faktor kognitif (misalnya tingkat pendidikan relatif rendah).
b. Budaya politik kaula (subyek political culture), yaitu masyarakat bersangkutan sudah relatif maju (baik sosial maupun ekonominya) tetapi masih bersifat pasif.
c. Budaya politik partisipan (participant political culture), yaitu budaya politik yang ditandai dengan kesadaran politik sangat tinggi.
Dalam kehidupan masyarakat, tidak menutup kemungkinan bahwa terbentuknya budaya politik merupakan gabungan dari ketiga klasifikasi tersebut di atas. Tentang klasifikasi budaya politik di dalam masyarakat lebih lanjut adalah sebagai berikut.
No
Budaya Politik
Uraian / Keterangan
1.
Parokial
a. Frekuensi orientasi terhadap sistem sebagai obyek umum, obyek-obyek input, obyek-obyek output, dan pribadi sebagai partisipan aktif mendekati nol.
b. Tidak terdapat peran-peran politik yang khusus dalam masyarakat.
c. Orientasi parokial menyatakan alpanya harapan-harapan akan perubahan yang komparatif yang diinisiasikan oleh sistem politik.
d. Kaum parokial tidak mengharapkan apapun dari sistem politik.
e. Parokialisme murni berlangsung dalam sistem tradisional yang lebih sederhana dimana spesialisasi politik berada pada jenjang sangat minim.
f. Parokialisme dalam sistem politik yang diferensiatif lebih bersifat afektif dan normatif dari pada kognitif.
2.
Subyek/Kaula
a. Terdapat frekuensi orientasi politik yang tinggi terhadap sistem politik yang diferensiatif dan aspek output dari sistem itu, tetapi frekuensi orientasi terhadap obyek-obyek input secara khusus, dan terhadap pribadi sebagai partisipan yang aktif mendekati nol.
b. Para subyek menyadari akan otoritas pemerintah
c. Hubungannya terhadap sistem plitik secara umum, dan terhadap output, administratif secara esensial merupakan hubungan yang pasif.
d. Sering wujud di dalam masyarakat di mana tidak terdapat struktur input yang terdiferensiansikan.
e. Orientasi subyek lebih bersifat afektif dan normatif daripada kognitif.
3.
Partisipan
a. Frekuensi orientasi politik sistem sebagai obyek umum, obyek-obyek input, output, dan pribadi sebagai partisipan aktif mendekati satu.
b. Bentuk kultur dimana anggota-anggota masyarakat cenderung diorientasikan secara eksplisit terhadap sistem politik secara komprehensif dan terhadap struktur dan proses politik serta administratif (aspek input dan outputsistem politik)
c. Anggota masyarakat partisipatif terhadap obyek politik
d. Masyarakat berperan sebagai aktivis.
Kondisi masyarakat dalam budaya politik partisipan mengerti bahwa mereka berstatus warga negara dan memberikan perhatian terhadap sistem politik. Mereka memiliki kebanggaan terhadap sistem politik dan memiliki kemauan untuk mendiskusikan hal tersebut. Mereka memiliki keyakinan bahwa mereka dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan publik dalam beberapa tingkatan dan memiliki kemauan untuk mengorganisasikan diri dalam kelompok-kelompok protes bila terdapat praktik-praktik pemerintahan yang tidak fair.
Budaya politik partisipan merupakan lahan yang ideal bagi tumbuh suburnya demokrasi. Hal ini dikarenakan terjadinya harmonisasi hubungan warga negara dengan pemerintah, yang ditunjukan oleh tingkat kompetensi politik, yaitu menyelesaikan sesuatu hal secara politik, dan tingkat efficacyatau keberdayaan, karena mereka merasa memiliki setidaknya kekuatan politik yang ditunjukan oleh warga negara. Oleh karena itu mereka merasa perlu untuk terlibat dalam proses pemilu dan mempercayai perlunya keterlibatan dalam politik. Selain itu warga negara berperan sebagai individu yang aktif dalam masyarakat secara sukarela, karena adanya saling percaya (trust) antar warga negara. Oleh karena itu dalam konteks politik, tipe budaya ini merupakan kondisi ideal bagi masyarakat secara politik.
Budaya Politik subyek lebih rendah satu derajat dari budaya politikpartisipan. Masyarakat dalam tipe budaya ini tetap memiliki pemahaman yang sama sebagai warga negara dan memiliki perhatian terhadap sistem politik, tetapi keterlibatan mereka dalam cara yang lebih pasif. Mereka tetap mengikuti berita-berita politik, tetapi tidak bangga terhadap sistem politik negaranya dan perasaan komitmen emosionalnya kecil terhadap negara. Mereka akan merasa tidak nyaman bila membicarakan masalah-masalah politik.
Demokrasi sulit untuk berkembang dalam masyarakat dengan budaya politik subyek, karena masing-masing warga negaranya tidak aktif. Perasaan berpengaruh terhadap proses politik muncul bila mereka telah melakukan kontak dengan pejabat lokal. Selain itu mereka juga memiliki kompetensi politik dan keberdayaan politik yang rendah, sehingga sangat sukar untuk mengharapkan artisipasi politik yang tinggi, agar terciptanya mekanisme kontrol terhadap berjalannya sistem politik.
Budaya Politik parokial merupakan tipe budaya politik yang paling rendah, yang didalamnya masyarakat bahkan tidak merasakan bahwa mereka adalah warga negara dari suatu negara, mereka lebih mengidentifikasikan dirinya pada perasaan lokalitas. Tidak terdapat kebanggaan terhadap sistem politik tersebut. Mereka tidak memiliki perhatian terhadap apa yang terjadi dalam sistem politik, pengetahuannya sedikit tentang sistem politik, dan jarang membicarakan masalah-masalah politik.
Budaya politik ini juga mengindikasikan bahwa masyarakatnya tidak memiliki minat maupun kemampuan untuk berpartisipasi dalam politik. Perasaan kompetensi politik dan keberdayaan politik otomatis tidak muncul, ketika berhadapan dengan institusi-institusi politik. Oleh karena itu terdapat kesulitan untuk mencoba membangun demokrasi dalam budaya politik parokial, hanya bisa bila terdapat institusi-institusi dan perasaan kewarganegaraan baru. Budaya politik ini bisa dtemukan dalam masyarakat suku-suku di negara-negara belum maju, seperti di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Namun dalam kenyataan tidak ada satupun negara yang memiliki budaya politik murni partisipan, pariokal atau subyek. Melainkan terdapat variasi campuran di antara ketiga tipe-tipe tersebut, ketiganya menurut Almond dan Verba tervariasi ke dalam tiga bentuk budaya politik, yaitu :
a. Budaya politik subyek-parokial (the parochial- subject culture)
b. Budaya politik subyek-partisipan (the subject-participant culture)
c. Budaya politik parokial-partisipan (the parochial-participant culture)

Budaya Politik di Indonesia

Budaya Politik di Indonesia


Sikap orientasi warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu ( G. A. Almond dan S. Verba )
Sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya ( Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews )
Suatu konsep yang terdiri dari sikap, keyakinan, nilai - nilai dan ketrampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk pola - pola kecenderungan khusus serta pola - pola kebiasaan yang terdapat pada kelompok - kelompok dalam masyarakat ( Almond dan Powell )

Trapesium

Trapesium


Trapesium
*     Definisi Trapesium
Trapesium adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk yang dua diantaranya saling sejajar namun tidak sama panjang.
Trapesium termasuk jenis bangun datar segi empat.
Trapesium yang rusuk ketiganya tegak lurus terhadap rusuk-rusuk sejajar disebut trapesium siku-siku.

*     Jenis-jenis trapesium

Trapesium terdiri dari 3 jenis, yaitu:
*     Trapesium sembarang, yaitu trapesium yang keempat rusuknya tidak sama panjang. Trapesium ini tidak memiliki simetri lipat maupun simetri putar.
*      Trapesium sama kaki, yaitu trapesium yang mempunyai sepasang rusuk yang sama panjang, di samping mempunyai sepasang rusuk yang sejajar. Trapesium ini memiliki satu simetri lipat dan satu simetri putar.
*      Trapesium siku-siku, yaitu trapesium yang mana dua di antara keempat sudutnya merupakan sudut siku-siku. Rusuk-rusuk yang sejajar tegak lurus dengan tinggi trapesium ini.

*     Rumus trapesium

Keliling

                                            K = jumlahdarikeempatsisiyangada

Prisma

Prisma


Prisma
                                     Definisi Prisma
Prisma adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua buah bidang segi banyak ( segi n ) yang sejajar dan kongruen serta bidang-bidang tegak yang menghubungkan bidang segi banyaktersebut

Prisma diberi nama berdasarkan segi-n pada sisi atas atau sisi alas

Garis t disebut tinggi prisma.
     Unsur-unsur Prisma
Unsur- unsur yang dimiliki oleh suatu prisma :

1.  Titik sudut
2.  Rusuk.
3.  Bidang sisi.  
Ciri-ciri suatu prisma:
1.  Bidang atas dan bidang bawah berbentuk bangun datar
2.  Bidang atas dan bidang bawah sejajar serta kongruen
3.  Mempunyai bidang sisi tegak
     Luas Permukaan Prisma
Luas permukaan prisma = ( 2 x luas alas ) + ( keliling alas x tinggi )
               Volume Prisma
Volum Prisma  = luas alas x tinggi

Lingkaran

Lingkaran

Lingkaran

               Definisi Lingkaran
Lingkaran adalah suatu garis lengkung yang kedua ujungnya dan semua titik yang terletak pada garis lengkung tersebut mempunyai jarak yang sama jauh terhadap suatu titik tertentu.
Titik PQRS terletak sama jauh terhadap titik O.
Titik O merupakan titik pusat lingkaran.
Panjang garis lengkung yang kedua ujungnya bertemu disebut keliling lingkaran.
Daerah yang terdapat di dalam lingkaran disebut luas lingkaran.
  - Titik P pada lingkaran ini merupakan pusat lingkaran
  - PA, PB, PC dan PD disebut jari-jari atau radius (r)
 - AB adalah garis tengah atau diameter (d) garis lurus yang menghubungkan 2 titik    pada lingkaran dan melalui pusat lingkaran (titik P)

Laporan Praktikum : Laju Reaksi

Laporan Praktikum : Laju Reaksi



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI
OLEH
HARIANI ISMAIL
XI IPA A
SMAN 01 UNGGULAN KAMANRE
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Laju reaksi menyatakan laju berkurangnya jumlah reaktan atau laju bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu. Satuan jumlah zat bermacam- macam, misalnya gram, mol, atau konsentrasi. Sedangkan satuan waktu digunakan detik, menit, jam, hari, ataupun tahun. Dalam reaksi kimia banyak digunakan zat kimia yang berupa larutan atau berupa gas dalam keadaan tertutup, sehingga dalam laju reaksi digunakan satuan konsentrasi (molaritas). Dan  untuk mengetahui lebih jelasnya tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi maka kita lakukan sebuah praktikum tentang laju reaksi.
1.2  Tujuan Percobaan
-      Untuk mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
·Konsentrasi
Pada umumnya, reaksi akan berlangsung lebih cepat jika konsentrasi pereaksi diperbesar. Zat yang konsentrasinya besar mengandung jumlah partikel yang lebih banyak, sehingga partikel-partikelnya tersusun lebih rapat dibanding zat yang konsentrasinya rendah. Partikel yang susunannya lebih rapat, akan lebih sering bertumbukan dibanding dengan partikel yang susunannya renggang, sehingga kemungkinan terjadinya reaksi makin besar.
·   Luas Permukaan
Salah satu syarat agar reaksi dapat berlangsung adalah zat-zat pereaksi harus bercampur atau bersentuhan. Pada campuran pereaksi yang heterogen, reaksi hanya terjadi pada bidang batas campuran. Bidang batas campuran inilah yang dimaksud dengan bidang sentuh. Dengan memperbesar luas bidang sentuh, reaksi akan berlangsung lebih cepat.
·   Temperatur
Setiap partikel selalu bergerak. Dengan menaikkan temperatur, energi gerak atau energi kinetik partikel bertambah, sehingga tumbukan lebih sering terjadi. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, maka kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang mampu menghasilkan reaksi juga semakin besar. Suhu atau temperatur ternyata juga memperbesar energi potensial suatu zat. Zat-zat yang energi potensialnya kecil, jika bertumbukan akan sukar menghasilkan tumbukan efektif. Hal ini terjadi karena zat-zat tersebut tidak mampu melampaui energi aktivasi. Dengan menaikkan suhu, maka hal ini akan memperbesar energi potensial, sehingga ketika bertumbukan akan menghasilkan reaksi.
·   Katalis
Katalis adalah suatu zat yang berfungsi mempercepat terjadinya reaksi, tetapi pada akhir reaksi dapat diperoleh kembali. Fungsi katalis adalah menurunkan energi aktivasi, sehingga jika ke dalam suatu reaksi ditambahkan katalis, maka reaksi akan lebih mudah terjadi. Hal ini disebabkan karena zat-zat yang bereaksi akan lebih mudah melampaui energi aktivasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1  Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biologi SMAN 01 Unggulan Kamanre pada tanggal 06 November 2011.
3.2  Alat dan Bahan Praktikum
J  3 aqua gelas kosong
J  3 aqua gelas berisi air
J  Air dingin
J  Garam halus
J  Garam kasar
J  Cuka
J  Pengaduk
J  Stopwatch atau jam
3.3  Cara Kerja
  • Percobaan I (Konsentrasi)
1.      Siapkan 2 gelas aqua yang telah berisi larutan ,gelas pertama berisi larutan H2O dan yang gelas kedua berisi larutan cuka.
2.      Kemudian masukkan 1 sendok garam halus pada masing-masing gelas tersebut.
3.      Aduklah, mana yang cepat larut larutan yang encer atau pekat. Dengan menggunakan stopwatch atau jam.
·         Percobaan II (suhu)
1.      Siapkan 2 gelas aqua yang berisi air normal dan yang satunya berisi air dingin.
2.      Berikan 1 sendok garam halus ,pada masing-masing gelas tersebut.
3.      Kemudian aduk dan amati mana yang lebih cepat larut. Dengan menggunakan stopwatch atau jam
·         Percobaan III (Luas permukaan zat)
1.Siapkan 2 gelas aqua yang berisi air normal.
2.Masukkan 1 sendok garam kasar kedalam  gelas aqua tersebut dan 1 sendok garam halus pada aqua gelas kedua.
3.Kemudian amati, mana yang cepat larut. Dengan menggunakan stopwatch atau jam.
·         Percobaan IV (KATALIS)
1.      Siapkan 2 buah pisang yang masih muda.
2.      Kemudian pisang yang satu bungkus dengan kantong plastik.dan yang satunya tidak.
3.      Pada pisang yang dibungkus dengan kantong plastik masukkan sedikit karbit,dan yang satunya tidak.
4.      Amati beberapa hari,pisang mana yang cepat kuning.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1       Hasil Pengamatan
TABEL PENGAMATAN
No
Faktor yang mempengaruhi laju reaksi
Bahan
Hasil
1.
Konsentrasi
-  Pekat(larutan cuka) + garam halus
-  Encer (larutan cuka + air) + garam halus
-   23 detik
-   50 detik.
2.
Suhu
-  Gelas berisi air normal + garam halus
-  Gelas berisi air dingin + garam halus
-    23 detik
-    50 detik
  3.
Luas Permukaan
-  Air normal + garam halus
-  Air dingin + garam kasar
-    32 detik
-    80 detik
-      Katalis
No.
Jenis pisang
Kuning
Tak kuning
Waktu
1.
Karbit
Ø   
 -
1 hari
2.
Tak karbit
-
Ø   
3 hari
4.2  Analisis Data
·         Suhu, pada larutan air normal + garam halus dengan waktu 23 detik, pada larutan air dingin + garam halus dengan waktu 50 detik.
·         Konsentrasi pada larutan Pekat (larutan cuka) + garam halus dengan waktu 23 detik, pada larutan Encer (larutan cuka + air) + garam halus dengan waktu 50 detik.
·         Luas permukaan zat pada larutan Garam halus + air normal dengan waktu 32 detik, pada larutan Garam kasar + air normal dengan waktu 80 detik.
·         Katalis , pada pisang yang diberi karbit pisang akan bisa kuning hanya 1 hari sedangkan pisang yang tidak diberi karbit tidak kuning, pisang yang tidak diberi karbit hanya bisa kuning pada saat 3 hari.
BAB V
PENUTUP
5.1   Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan, larutan cuka (cuka pekat) yang dicampurkan dengan garam halus mengalami pelarutan yang sangat cepat dibandingkan dengan larutan cuka yang dicampurkan dengan air (cuka encer).
5.1    Saran
         Didalam melakukan praktikum sebaiknya siwa – siswi menggunakan pakaian praktikum dan sebaiknya sekolah menyediakan alat – alat praktikum yang lebih lengkap agar praktikum dapat dilakukan dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
 

(c)2009 NurHikmaa. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger